Dampak Pemotongan PPN DTP: Penjualan Rumah Turun Hingga 50 Persen
Industri properti di Indonesia sedang menghadapi tantangan baru setelah pemerintah memutuskan untuk memotong insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sejak pertengahan 2024. Kebijakan ini telah berpengaruh signifikan pada penurunan penjualan rumah, yang dilaporkan turun hampir 50 persen dalam beberapa bulan terakhir.
Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) sekaligus CEO Buana Kassiti Group Joko Suranto mengatakan, realisasi penjualan turun hampir 50 persen saat PPN DTP hanya 50 persen pada Juli-Agustus 2024.
"Namun ketika kemarin jadi 50 persen, maka pada Juli-Agustus itu turunnya (realisasi penjualan) hampir 50 persen dari rata-rata pada bulan sebelumnya,"
Mengapa Insentif PPN DTP Penting?
PPN DTP diperkenalkan sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi COVID-19. Kebijakan ini memberikan keringanan pajak kepada pembeli rumah dengan menanggung sebagian atau seluruh pajak PPN yang biasanya dibebankan pada pembelian properti.
Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan ini terbukti mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan menggairahkan pasar properti. Banyak pengembang, termasuk Buana Kassiti, yang mengalami lonjakan permintaan selama periode tersebut, karena pembeli memanfaatkan insentif untuk mendapatkan rumah impian mereka dengan harga yang lebih terjangkau.
Pemotongan Insentif: Dampak yang Terasa
Namun, seiring berjalannya waktu, pemerintah secara bertahap mengurangi besaran insentif ini. Pada tahun 2024, besaran PPN DTP yang ditanggung pemerintah dipotong separuh, dari yang sebelumnya 50 persen menjadi hanya 25 persen. Bagi banyak calon pembeli rumah, hal ini berarti kenaikan biaya pembelian properti yang cukup signifikan.
Menurut laporan dari beberapa pengembang besar, termasuk Buana Kassiti, penurunan penjualan rumah hingga 50 persen terjadi setelah pemotongan insentif PPN DTP tersebut diberlakukan. Angka ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap perubahan kebijakan fiskal yang berkaitan dengan properti.
Apa Langkah Selanjutnya Bagi Pengembang dan Pembeli?
Bagi pengembang, situasi ini tentu menuntut penyesuaian strategi. Buana Kassiti, misalnya, berkomitmen untuk terus memberikan solusi terbaik bagi para pembeli dengan menawarkan berbagai promo menarik serta skema pembayaran yang lebih fleksibel. Di tengah tantangan ini, inovasi dan adaptasi menjadi kunci agar tetap kompetitif di pasar yang semakin dinamis.
Sementara itu, bagi pembeli, meski ada kenaikan harga karena berkurangnya insentif, saat ini tetap merupakan waktu yang tepat untuk berinvestasi di properti. Terutama untuk hunian yang menawarkan nilai tambah seperti lokasi strategis, fasilitas lengkap, serta potensi kenaikan nilai properti di masa depan. Buana Kassiti terus menghadirkan proyek-proyek perumahan dengan kualitas terbaik di kawasan strategis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Masa Depan Pasar Properti
Meskipun penurunan penjualan saat ini terasa signifikan, sebagian besar pelaku industri properti percaya bahwa kondisi ini bersifat sementara. Ketika ekonomi nasional kembali stabil dan daya beli masyarakat pulih, diharapkan permintaan properti juga akan kembali meningkat.
Buana Kassiti optimis bahwa dengan terus menjaga kualitas proyek serta memberikan kemudahan kepada pembeli, kami akan tetap menjadi pilihan utama masyarakat dalam mencari hunian yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan kembalinya PPN DTP sebesar 100% mulai September hingga Desember 2024, kami optimis bahwa pasar properti akan pulih dan terus tumbuh ke arah yang positif.
"Kita berterima kasih kepada pemerintah yang sudah mengeluarkan itu (PMK perpanjangan PPN DTP 100%) dan sebenarnya itu adalah sejalan dengan apa yang kita usulkan yang kita harapkan," ucap Joko Suranto.
Sumber:
kompas.com